Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

Seba Baduy: Turun Gunungnya Para Petapa

Liputan6.com, Jakarta:   Lembaran tahun berganti di Desa Kanekes. Desa yang mati-matian menahan gempuran modernitas tempat bermukimnya masyarakat adat Baduy. Katiga atau bulan ke-12 dalam sistem kalender Baduy belum lama berlalu. Bulan pertama atau sapar pun belum habis 10 hari. Tapi, pekan pertama awal tahun di Baduy justru menjadi salah satu periode istimewa. Sebab, pada saat itulah ritual rutin tahunan yang melibatkan sebagian besar penghuni Kanekes bakal digelar. Warga Baduy yang menetap di lereng pegunungan Kendeng, Banten bagian selatan, menyebut tradisi tahunan itu sebagai Seba . Seba adalah tradisi tua. Sama tuanya dengan keberadaan masyarakat Baduy. Seba pun terbagi dua. Seba Kecil dan Seba Besar. Seba Kecil tak mengharuskan warga ke luar desa, tapi cukup di lingkaran perkampungan Baduy. Sementara, Seba Besar berdasarkan aturan adat, wajib hukumnya untuk pergi keluar desa bertemu dengan pemimpin wilayah Banten. Butuh persiapan fisik yang matang untuk menjalani ritual Seba,

Max Havelaar Bacaan Tentang Rangkasbitung Wajib di Sekolah Belgia

Liputan6.com, Brussel:   Buku   Max Havelaar   karangan Edward Douwes Dekker yang mengisahkan penjajahan Belanda di Banten, menjadi salah satu bacaan wajib siswa di Belgia. "Semangat yang terkandung dalam Max Havelaar menjadi cikal bakal tumbuhnya semangat antikolonialisme di Eropa, khususnya di Belgia," ujar Rektor Katholieke Universiteit Leuven, Prof. Mark Waer. Prof. Waer menyampaikan hal itu ketika menerima kunjungan Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno di Leuven, Belgia, belum lama ini. Dia juga menyebutkan bahwa buku Max Havelaar yang berisi tentang kesewenangan Belanda ketika menjajah Indonesia, dipandang sebagai kritik terhadap praktik kolonialisme Eropa pada masa itu. Buku karangan Edward Douwes Dekker yang juga dikenal sebagai Multatuli itu menjadi bagian penting dari literatur di Belgia. Bahkan, Universitas Leuven, yang didirikan pada tahun 1425, menggagas Multatuli Lecture sejak 1997 sebagai suatu kuliah umum tentang isu-isu multikulturalisme dan pluralis

Hari Kartini Hari Perenungan

  Bisa dibilang,   Kartini   ( Raden Adjeng Kartini ) adalah feminis pertama di Indonesia, dengan pemikiran-pemikiran yang jauh melampaui zamannya. Kalau dunia saja mengaguminya, sebagai   wanita Indonesia , rasanya rugi bila kita tidak pernah membaca surat-surat yang ditulis Kartini. Masihkah Kenal Kartini? Dalam sejarah, Raden Ajeng Kartini (1879-1904) diperkenalkan sebagai pahlawan nasional yang memperjuangkan kesetaraan bagi wanita bumiputera, melalui pemikirannya dalam kumpulan surat berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Setelah lebih dari seratus tahun, berapa banyak yang kita kenal tentang Kartini?Paling banter, sewaktu kecil, tiap 21 April, kita berpawai dalam baju nasional, sambil menyanyikan lagi Ibu Kita Kartini. Jauh sebelum seorang gadis Yahudi, Anne Frank, menuliskan catatan hariannya selama dalam persembunyiannya di Belanda, saat Perang Dunia II (dibukukan dengan judul The Diary of Anne Frank), sesungguhnya Kartini telah lebih dulu melakukan hal yang sama. Dia mengung

Eksperimen Kimia Terbesar dalam Perayaan Tahun Kimia Internasional 2011

“ Chemistry – our life, our future ”   –slogan Tahun Kimia Internasional 2011– Tahun 2011 ini merupakan tahun yang sangat bersejarah bagi para peneliti, ilmuwan, akademisi, praktisi, maupun para pecinta kimia di seluruh dunia karena UNESCO dan IUPAC telah menetapkan tahun ini sebagai Tahun Kimia Internasional 2011 (International Year of Chemistry/IYC 2011). Sejak dibuka secara resmi pada tanggal 27 Januari 2011 di markas besar UNESCO di Paris, Perancis, telah dijadwalkan berbagai macam acara perayaan Tahun Kimia Internasional 2011 ini. Salah satu acara yang cukup fenomenal adalah diadakannya eksperimen kimia terbesar di dunia yang serentak digelar di seluruh dunia pada 22 Maret 2011. Eksperimen kimia terbesar di dunia ini bertajuk   “Water: A Chemical Solution”   ,   yang rencananya diperuntukkan bagi segenap siswa-siswi sekolah di seluruh dunia dengan berfokus pada penelitian keadaan air lokal di tiap negara dan solusi teknologi kimia dalam mengatasi permasalahan ketersediaan air

Temulawak

Ketika orang meributkan paten temulawak di Amerika Serikat, Oei Ban Liang telah memperjuangkannya sejak belasan tahun lalu melalui jalan sunyi, berliku, tanpa publikasi. Pada 9 Juni 1992, paduan kandungan temulawak dan kunyit (Rheumakur) telah mengantarkannya memperoleh paten sebagai obat rematik dan antiinflamasi dari Amerika Serikat. Penghargaan Phyto Medica Award dari Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica merupakan bukti kerja kerasnya selama bertahun-tahun dalam mengembangkan ”obat bahan alam” dari kunyit dan temulawak. Jika hambatan utama pengembangan obat bahan alam di Indonesia adalah ”bukti klinis”, Oei Ban Liang telah berhasil menembusnya. Walau tidak berlatar belakang medis, dari sini terlihat kemampuannya dalam bekerja sama dengan berbagai pihak. Sebagai seorang profesor ilmu kimia organik di ITB, Oei Ban Liang telah membuktikan bahwa kegiatan ilmiahnya tidak hanya terbatas di lingkungan laboratorium dan kampus, tetapi melampaui pagar kampus, bahkan melanglang ja