Langsung ke konten utama

Seba Baduy: Turun Gunungnya Para Petapa

Liputan6.com, Jakarta: Lembaran tahun berganti di Desa Kanekes. Desa yang mati-matian menahan gempuran modernitas tempat bermukimnya masyarakat adat Baduy. Katiga atau bulan ke-12 dalam sistem kalender Baduy belum lama berlalu. Bulan pertama atau sapar pun belum habis 10 hari. Tapi, pekan pertama awal tahun di Baduy justru menjadi salah satu periode istimewa. Sebab, pada saat itulah ritual rutin tahunan yang melibatkan sebagian besar penghuni Kanekes bakal digelar. Warga Baduy yang menetap di lereng pegunungan Kendeng, Banten bagian selatan, menyebut tradisi tahunan itu sebagaiSeba.

Seba adalah tradisi tua. Sama tuanya dengan keberadaan masyarakat Baduy. Seba pun terbagi dua. Seba Kecil dan Seba Besar. Seba Kecil tak mengharuskan warga ke luar desa, tapi cukup di lingkaran perkampungan Baduy. Sementara, Seba Besar berdasarkan aturan adat, wajib hukumnya untuk pergi keluar desa bertemu dengan pemimpin wilayah Banten.

Butuh persiapan fisik yang matang untuk menjalani ritual Seba, khususnya bagi warga Baduy Dalam. Tak seperti Baduy Luar yang boleh menumpang kendaraan bermotor, orang Baduy Dalam harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki tanpa alas. Dan mereka menunggu matahari terbit. Bangun pagi untuk berjalan kaki lebih dari tiga hari.

Warga Baduy Dalam tak ingin membuang waktu. Bagi mereka, tak ada kesempatan untuk berleha-leha. Mereka mesti bergegas secepat kilat. Sedikit saja kesiangan, bisa terlambat sampai di Lebak, kabupaten terdekat sebelum sampai tujuan akhir di Serang, Ibu Kota Provinsi Banten.

Perkampungan Baduy dan Lebak dapat ditempuh sekitar satu setengah jam dengan menggunakan kendaraan bermotor. Tapi warga baduy dalam adalah komunitas elite. Pasukan khusus yang menjadi barisan terakhir aturan adat. Pantang bagi mereka ke mana pun naik kendaraan jenis apa pun.

Bedanya, saat matahari meninggi, giliran Baduy Luar bersiap diri. Mereka tak perlu tergesa-gesa karena hukum adat membolehkan untuk naik kendaraan menuju Lebak. Banyak orang menganggap warga Baduy Dalam sakti, lantaran kuat berjalan jarak jauh. Padahal ilmu mereka sederhana, istirahat jika sudah kelelahan.

Ada prosesi yang wajib dilakukan Baduy Dalam ketika Seba, yaitu mandi dan berdoa di Sungai Cikolear, sungai yang diyakini sebagai warisan leluhur Baduy. Berjalan kaki atau naik mobil, Baduy Dalam atau Baduy Luar, di mata adat peran mereka sama pentingnya dalam ritual Seba. Sebab sejatinya, Baduy adalah satu, sekumpulan kaum pertapa yang bertugas menjaga keseimbangan alam jagad raya.

Tiap Seba tiba,  malam di Lebak berubah menjadi malam layar tancap. Setiba di Serang, warga Baduy memencar. Bagi mereka, kota adalah rimba yang tak asing meski juga tidak akrab. Sebab warga Baduy percaya, tempat mereka hanya di Desa Kanekes.

Sebenarnya, inti Seba adalah silaturahmi warga Baduy kepada pemimpin daerah dengan menyerahkan laksa, intisari padi hasil panen seluruh warga Baduy yang disatukan dan dikeringkan. Laksa adalah simbol utuhnya keluarga Baduy. Bila laksa sudah diserahkan dan disantap pemimpin daerah, itu artinya seluruh jiwa dan harapan warga Baduy telah diberikan secara resmi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Negara Kerajaan di Tahun 2045

Sekarang bulan Agustus 2045, seluruh warga kerajaan sedang mempersiapkan hari Kemerdekaannya yang ke 100 Tahun, sekaligus memperingati kemerdekaan atas runtuhnya sistem republik di tahun 2019. Setelah Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi dan sekarang Kerajaan. Namun tidak seperti Kerajaan jaman pra kemerdekaan 1945. Ya! Sistem republik telah runtuh di tahun 2019 oleh sebuah Gerakan Islam Bersatu yang telah memenangkan pemilu pada tahun tersebut secara mutlak. Mereka menguasai parlemen yang diisi oleh para Kyai, Ustad, Habib dan Ulama serta Cendekiawan Muslim. Mereka menunjuk pimpinan mereka Syeh Abdullah Bin Didik Haryanto sebagai Raja menggantikan Presiden saat itu. sampai dengan sekarang. Kemudian Sang Raja bergelar Sultan Abdullah menunjuk seorang Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan, Syeh Syahid Bin Abdul Ghofir tentunya atas persetujuan parlemen dan dituangkan dalam Fatwa Kerajaan No. 004/2019 (Dulu Undang-undang; red). Pemerintahan kerajaan mengganti Undang-undang Dasar

Are You ? For You CPR.

You give everything, when you give You lose yourself, when you love Young girl, nature woman and still a child that is you, you, only you When your hand strikes me and I feel your warmth then I know what happens it will be good so are you, you, only you And when I leave, only a part of me leaves and you leave, your warmth stays here and when I cry, then only a part of me cries and the other laughs with you You ask often a lot from me but I feel the strength in you and know, you never ask more than you give so are you, you, only you you say always what you think and the love, that you give is so tender, so good, and so deep just like you, you, only you And when I leave, only a part of me leaves and you leave, your warmth stays here and when I sleep, then only a part of me sleeps the other dreams with you And when I leave, only a part of me leaves and you leave, your warmth stays here and when I sleep, then only a part of me sleeps the other dreams with you And when I die,

Pengorbanan Untuk Meraih Kebahagiaan

Perhatikan bagaimana al Quran membimbing kita melihat masalah, seperti yang disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 216, 'Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui (Q/2:216). Renungkan pula bagaimana proses yang mengantar kita pada kebahagiaan, ternyata di sana ada pengorbanan. Kemerdekaan suatu bangsa juga harus didukung oleh pengorbanan sebagian dari warganya, yakni dengan gugurnya para pahlawan di medan perang. Disadari atau tidak, sebenarnya setiap pribadi harus bersedia berkorban demi kebahagiaan bersama. Pengorbanan, sifat mengalah harus selalu ada pada diri kita demi mewujudnya kebahagiaan yang hakiki. Suatu bahaya yang mencekam ternyata melahirkan kebahagiaan berupa munculnya orang-orang pemberani yang berhasil mengusir bahaya itu. Pengalaman menderita sakit parah ternyata bisa mendatangkan rasa kebahagiaan, yakni ketika merasakan betapa nikmatnya